Di tengah derasnya arus informasi pada setiap aksi demonstrasi, warga sedulur Banten dihadapkan pada tantangan besar: memilah antara fakta dan hoaks.
Informasi yang tersebar cepat tanpa verifikasi tak jarang menjadi pemicu kepanikan, kesalahpahaman, dan kegaduhan. Untuk itu, kemampuan menyaring berita dengan bijak bukan hanya penting, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif demi menjaga ketenangan dan keamanan bersama.
Gelombang informasi yang bercampur aduk, mulai dari pesan berantai hingga kabar yang tidak jelas sumbernya, kerap memperburuk suasana.
Tanpa kesadaran kritis, publik bisa menjadi korban disinformasi yang berpotensi mengobarkan emosi massa.
Dalam situasi yang sensitif seperti ini, literasi digital menjadi garda terdepan untuk mencegah kerusuhan yang dipicu oleh berita palsu.
Hoaks kerap dibungkus dalam judul yang heboh, menuntun emosi, dan cepat memicu reaksi. Judul seperti ini tidak lebih dari jebakan, terkadang hanya berasal dari fakta yang dirangkai ulang untuk memancing kontroversi. Bila Anda menemukannya, berhenti. Alih-alih langsung membagikan, bandingkan dengan sumber resmi untuk melihat perbedaan konteks dan efektivitas narasinya.
Sebelum menelan informasi sepenuhnya, teliti dahulu asal berita, apakah dari situs yang kredibel atau sekadar blog atau domain tidak resmi. Situs media yang telah terverifikasi Dewan Pers memberikan jaminan akurasi dan akuntabilitas yang tidak dimiliki oleh situs abal-abal.
Berita hoaks sering hanya menampilkan satu narasumber atau informasi tanpa penjelasan transparan, tanpa bukti, tanpa data. Bedakan antara fakta, berita berdasarkan peristiwa dan bukti nyata, dengan opini yang cenderung subjektif. Tanpa validasi terhadap keberimbangan sumber, pesan tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Tidak hanya teks yang mudah dimanipulasi. Foto dan video juga dapat disunting untuk memperkuat narasi hoaks. Untuk memeriksanya, manfaatkan fitur pencarian gambar Google: drag-and-drop ke Google Images untuk mengecek apakah visual serupa telah muncul di konteks berbeda sebelumnya.
Bergabung dengan grup diskusi anti-hoax dapat memperkuat pertahanan kolektif terhadap informasi palsu. Di grup-grup semacam ini, warga sedulur Banten saling membantu memverifikasi atau menolak informasi mencurigakan; inilah pengumpulan kebenaran yang efektif.
Warga sedulur Banten tidak bisa hanya bertahan dalam era informasi digital, kita harus aktif menjaga kualitas informasi. Langkah sederhana seperti memverifikasi sebelum membagikan dan bergabung dalam gerakan literasi digital bisa menyelamatkan banyak pihak dari konflik dan kerusuhan akibat kekeliruan informasi.
Ketika kita memilih untuk berhenti sejenak, berpikir sebelum membagikan, dan bersama-sama membentengi ruang maya dengan kecerdasan dan rasa tanggung jawab, kita bukan hanya melindungi diri, tetapi juga berkontribusi pada kedamaian bersama. Ayo, lawan hoaks, dan bentuk ruang publik yang lebih sehat.
(Rijal Al Ghifari/MGNG)
Sumber: komdigi.go.id